Poems

Geneva Bulan Juli

akhirnyapasrah kepada musim
dan hidup jadinya seperti buku
(yang tidak terlalu tebal tentu)
dengan halaman berurut
untuk dibalikkan satu per satu
 
bila tidaktiba-tiba gadis di Geneva itu
menyeberang jalan begitu saja
sambil berlari tidak peduli tapi
hati-hati membawa bunga di tangannya
 
memang kuingatperempuan tua berkerudung hitam
dengan keranjang mawar melewati meja
dan kau bertanya sederhana:
"apakah suka bunga-bunga?"
 
seperti biasakujawab dengan kebimbangan panjang
dengan jaripada daguku kau palingkan mukaku penuh
kepadamu
janji punterkalahkan oleh musim yang
rebah-rebah pada hari tanpa angin
mawar puntinggalkan debu, malam Geneva hangat nafsu
akan tinggalkan kantuk dan terlalu penat nanti
 
sedangkangelisah, terganggu risau tak pasti lagi
siapa engkau siapa aku ini
 
mungkin sekaliengkau dalam kereta antara Paris
dan Geneva menutup jendela, janganlah
angina mengganggu rambutku
 
atau waktupernah suatu kelancangan telah terjadi
turun dari kereta api, sekali lagi kau
rayu singgah di kota tanpa nama
untuk menikmatinya bersama-sama
 
mengembaraadalah menangggalkan nama, melepaskan bumi
benda-benda kemilau dipermainkan angin
 
dan sangsimana pula yang lebih nyata, berjalan
merunduk karena angina kencang, atau
gemerlapan lampu di Amsterdam
 
bunga, malam, dan kota-kotatersisip antara yang sengaja dikenang
merata, seperti kata-kata di hari senja
meskisemakin menjurang ruang antara
uscapan yang bertumbukan
 
bila tidaktiba-tiba kelepak sayap angsa putih
berlima perlahan terbang menyongsong bulan
tinggalkan danau menggenang sunyi
kita terdiamsejak dahulu memang, yang
tidak terucapkan, lebih berarti
 
1968